Panel Surya dan Perkembangannya
Nama
: Balar Nyalasivaa
NPM
: 140810160050
Energi
mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi, dan
lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan, serta merupakan pendukung bagi
kegiatan ekonomi nasional. Penggunaan energi di Indonesia meningkat pesat
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Sedangkan, akses
ke energi yang andal dan terjangkau merupakan pra-syarat utama untuk
meningkatkan standar hidup masyarakat.
Untuk
memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat tersebut, dikembangkan berbagai
energi alternatif, di antaranya energi terbarukan. Potensi energi
terbarukan, seperti: biomassa, panas bumi, energi surya, energi air, energi
angin dan energi samudera, sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan, padahal
potensi energi terbarukan di Indonesia sangatlah besar.
Energi
surya merupakan salah satu energi yang sedang giat dikembangkan saat ini oleh
Pemerintah Indonesia karena sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai potensi
energi surya yang cukup besar. Berdasarkan data penyinaran matahari yang
dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia, radiasi surya di Indonesia dapat
diklasifikasikan berturut-turut sebagai berikut: untuk kawasan barat dan timur
Indonesia dengan distribusi penyinaran di Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar
4,5 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 10%; dan di Kawasan Timur
Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%.
Dengan demikian, poteNsi angin rata-rata Indonesia sekitar 4,8 kWh/m 2 /hari
dengan variasi bulanan sekitar 9%.
Untuk
memanfaatkan potensi energi surya tersebut, ada 2 (dua) macam teknologi yang
sudah diterapkan, yaitu:
•
Teknologi energi surya fotovoltaik, energi surya
fotovoltaik digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik, pompa air, televisi,
telekomunikasi, dan lemari pendingin di Puskesmas dengan kapasitas total ± 6
MW.
•
Teknologi energi surya termal, energi surya
termal pada umumnya digunakan untuk memasak (kompor surya), mengeringkan hasil
pertanian (perkebunan, perikanan, kehutanan, tanaman pangan) dan memanaskan
air.
1.
TEKNOLOGI ENERGI SURYA FOTOVOLTAIK
Salah satu cara
penyediaan energi listrik alternatif yang siap untuk diterapkan secara masal
pada saat ini adalah menggunakan suatu sistem teknologi yang diperkenalkan
sebagai Sistem Energi Surya Fotovoltaik (SESF) atau secara
umum dikenal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya Fotovoltaik (PLTS
Fotovoltaik). Sebutan SESF merupakan istilah yang telah dibakukan oleh pemerintah
yang digunakan untuk mengidentifikasikan suatu sistem pembangkit energi yang
memanfaatkan energi matahari dan menggunakan teknologi fotovoltaik.
Dibandingkan energi listrik konvensional pada umumnya, SESF terkesan rumit,
mahal dan sulit dioperasikan. Namun dari pengalaman lebih dari 15 tahun
operasional di beberapa kawasan di Indonesia, SESF merupakan suatu sistem yang
mudah didalam pengoperasiannya, handal, serta memerlukan biaya pemeliharaan dan
operasi yang rendah menjadikan SESF mampu bersaing dengan teknologi
konvensional pada sebagian besar kondisi wilayah Indonesia yang terdiri atas
pulau - pulau kecil yang tidak terjangkau oleh jaringan PLN dan tergolong
sebagai kawasan terpencil.
Selain itu SESF
merupakan suatu teknologi yang bersih dan tidak mencemari lingkungan. Beberapa
kondisi yang sesuai untuk penggunaan SESF antara lain pada pemukiman desa
terpencil, lokasi transmigrasi, perkebunan, nelayan dan lain sebagainya, baik
untuk penerangan rumah maupun untuk fasilitas umum. Akan tetapi sesuai dengan
perkembangan jaman, pada saat ini di negara-negara maju penerapan SESF telah
banyak digunakan untuk suplai energi listrik di gedung-gedung dan perumahan di
kota-kota besar.
Pada umumnya modul
fotovoltaik dipasarkan dengan kapasitas 50 Watt-peak (Wp) dan kelipatannya.
Unit satuan Watt-peak adalah satuan daya (Watt) yang dapat dibangkitkan oleh
modul fotovoltaik dalam keadaan standar uji (Standard Test Condition - STC).
Efisiensi pembangkitan energi listrik yang dihasilkan modul fotovoltaik pada
skala komersial saat ini adalah sekitar 14 - 15 %.
Komponen
utama suatu SESF adalah:
• Sel fotovoltaik yang mengubah penyinaran/radiasi
matahari menjadi listrik secara langsung (direct conversion). Teknologi sel
fotovoltaik yang banyak dikembangkan dewasa ini pada umumnya merupakan jenis
teknologi kristal yang dibuat dengan bahan baku berbasis silikon. Produk akhir
dari modul fotovoltaik menyerupai bentuk lembaran kaca dengan ketebalan sekitar
6-8 milimeter.
• Balance of system (BOS) yang meliputi controller,
inverter , kerangka modul,peralatan listrik, seperti kabel, stop kontak, dan
lain-lain, teknologinya sudah dapat dikuasai;
• Unit penyimpan energi (baterai) sudah dapat dibuat di
dalam negeri;
• Peralatan penunjang lain seperti: inverter untuk pompa,
sistem terpusat, sistem hibrid, dan lain-lain masih diimpor.
Program
Pengembangan Fotovoltaik di Indonesia
Program
pengembangan energi surya fotovoltaik adalah sebagai berikut:
•
Mengembangkan SESF untuk program listrik perdesaan,
khususnya untuk memenuhi kebutuhan listrik di daerah yang jauh dari jangkauan
listrik PLN.
• Meningkatkan penggunaan teknologi hibrida, khususnya
untuk memenuhi kekurangan pasokan tenaga listrik dari isolated PLTD.
•
Mengganti seluruh atau sebagian pasokan listrik bagi
pelanggan Sosial Kecil dan Rumah Tangga Kecil PLN dengan SESF. Pola yang
diusulkan adalah:
•
Memenuhi semua kebutuhan listrik untuk pelanggan S1
dengan batas daya 220 VA;
•
Memenuhi semua kebutuhan untuk pelanggan S2 dengan
batas daya 450 VA;
•
Memenuhi 50 % kebutuhan listrik untuk pelanggan S2
dengan batas daya 900 VA;
•
Memenuhi 50 % kebutuhan untuk pelanggan R1 dengan batas
daya 450 VA.
•
Mendorong penggunaan SESF pada bangunan gedung,
khususnya Gedung Pemerintah.
•
Mengkaji kemungkinan pendirian pabrik modul surya untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri dan kemungkinan ekspor.
•
Mendorong partisipasi swasta dalam pemanfaatan energi
surya fotovoltaik.
•
Melaksanakan kerjasama dengan luar negeri untuk
pembangunan SESF skala besar.
Peluang
Pemanfaatan Fotovoltaik
Kondisi
geografis Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau yang kecil dan banyak yang
terpencil menyebabkan sulit untuk dijangkau oleh jaringan listrik yang bersifat
terpusat. Untuk memenuhi kebutuhan energi di daerah-daerah semacam ini, salah
satu jenis energi yang potensial untuk dikembangkan adalah energi surya. Dengan
demikian, energi surya dapat dimanfaatkan untuk p enyedian listrik dalam rangka
mempercepat rasio elektrifikasi desa.
Selain
dapat digunakan untuk program listrik perdesaan, peluang pemanfaatan energi
surya lainnya adalah:
• Lampu penerangan jalan
dan lingkungan;
• Penyediaan listrik untuk
rumah peribadatan. SESF sangat ideal untuk dipasang di tempat-tempat ini karena
kebutuhannya relatif kecil. Dengan SESF 100 /120Wp sudah cukup untuk keperluan
penerangan dan pengeras suara;
• Penyediaan listrik untuk
sarana umum. Dengan daya kapasitas 400 Wp sudah cukup untuk memenuhi listrik
sarana umum;
• Penyediaan listrik untuk sarana pelayanan kesehatan, seperti: rumah
sakit, Puskesmas, Posyandu, dan Rumah Bersalin;
• Penyediaan listrik untuk Kantor Pelayanan Umum Pemerintah. Tujuan
pemanfaatan SESF pada kantor pelayanan umum adalah untuk membantu usaha
konservasi energi dan mambantu PLN mengurangi beban puncak disiang hari;
• Untuk pompa air (solar
power supply for waterpump) yang digunakan untuk pengairan irigasi atau sumber
air bersih (air minum).
2.
TEKNOLOGI ENERGI SURYA TERMAL
Selama ini,
pemanfaatan energi surya termal di Indonesia masih dilakukan secara
tradisional. Para petani dan nelayan di Indonesia memanfaatkan energi surya
untuk mengeringkan hasil pertanian dan perikanan secara langsung.
Berbagai teknologi
pemanfaatan energi surya termal untuk aplikasi skala rendah (temperatur kerja
lebih kecil atau hingga 60 oC) dan skala menengah (temperatur kerja
antara 60 hingga 120 oC) telah dikuasai dari rancang-bangun,
konstruksi hingga manufakturnya secara nasional. Secara umum, teknologi surya
termal yang kini dapat dimanfaatkan termasuk dalam teknologi sederhana hingga
madya. Beberapa teknologi untuk aplikasi skala rendah dapat dibuat oleh bengkel
pertukangan kayu/besi biasa. Untuk aplikasi skala menengah dapat dilakukan oleh
industri manufaktur nasional.
Beberapa peralatan
yang telah dikuasai perancangan dan produksinya seperti sistem atau unit
berikut:
•
Pengering pasca panen (berbagai jenis teknologi);
•
Pemanas air domestic;
•
Pemasak/oven;
•
Pompa air (dengan Siklus Rankine dan fluida kerja Isopentane );
•
Penyuling air ( Solar Distilation/Still );
•
Pendingin (radiatif, absorpsi, evaporasi, termoelektrik, kompressip, tipe jet);
•
Sterilisator surya;
•
Pembangkit listrik dengan menggunakan konsentrator dan fluida kerja dengan
titik didih rendah.
Program
pengembangan energi surya termal di Indonesia adalah sebagai berikut:
• Melakukan inventarisasi, identifikasi dan pemetaan
potensi serta aplikasi teknologi fototermik secara berkelanjutan.
• Melakukan diseminasi dan alih teknologi dari pihak
pengembang kepada pemakai (agro-industri, gedung komersial, dan lain-lain) dan
produsen nasional (manufaktur, bengkel mekanik, dan lain-lain) melalui forum
komunikasi, pendidikan dan pelatihan dan proyek-proyek percontohan.
•
Melaksanakan standarisasi nasional komponen dan sistem
teknologi fototermik.
•
Mengkaji skema pembiayaan dalam rangka pengembangan
manufaktur nasional.
•
Meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan untuk
berbagai teknologi fototermik.
•
Meningkatkan produksi lokal secara massal dan
penjajagan untuk kemungkinan ekspor.
•
Pengembangan teknologi fototermik suhu tinggi, seperti:
pembangkitan listrik, mesin stirling , dan lain-lain.
Peluang
Pemanfaatan Energi Surya Termal
Prospek
teknologi energi surya termal cukup besar, terutama untuk mendukung peningkatan
kualitas pasca-panen komoditi pertanian, untuk bangunan komersial atau
perumahan di perkotaan. Prospek pemanfaatannya dalam sektor-sektor masyarakat,
yaitu:
• Industri, khususnya agro-industri dan industri
pedesaan, yaitu untuk penanganan pasca-panen hasil-hasil pertanian, seperti:
pengeringan (komoditi pangan, perkebunan, perikanan/peternakan, kayu olahan)
dan juga pendinginan (ikan, buah dan sayuran);
• Bangunan komersial atau perkantoran, yaitu: untuk
pengkondisian ruangan (Solar Passive Building, AC) dan pemanas air;
• Rumah tangga, seperti: untuk pemanas air dan oven/
cooker ;
• PUSKESMAS terpencil di pedesaan, yaitu: untuk
sterilisator, refrigerator vaksin dan pemanas air.
Tidak ada komentar: