Kemajuan Teknologi, Kemunduran Moral
Nama : Baby
Cattleya Gustina Permatagama
NPM : 140810160048
Let Techology Changes The World, But don’t Let It Changes
Our Culture
Berbicara tentang perkembangan
teknologi di Indonesia, tentunya kata teknologi sudah tak asing lagi bagi
sebagian orang di Indonesia. Perkembangan teknologi di dunia seperti sudah
mencapai tahap tercepat, sedikit saja kita lengah kita akan tertinggal banyak
sekali informasi. Apa yang terjadi di belahan dunia lain juga pastinya mempengaruhi
belahan dunia lainnya, termasuk Indonesia. Sebagai contoh, sekarang sedang
hangat tentang kampanye masing-masing calon presiden Amerika Serikat. Tidak
hanya warga Amerika Serikat yang mengikuti perkembangan ini, tetapi juga warga
dunia termasuk Indonesia.
Dunia sudah berubah, kata ini
sering diperdengungkan untuk menyadarkan perubahan dalam pola pikir anak muda
Indonesia. Hal yang kita hadapi sekarang dan di masa depan pastinya akan
berbeda dengan yang dihadapi oleh pendahulu kita. Begitu pula dengan teknologi,
bisa menjadi sarana yang dapat membantu kita, namun terkadang bisa menjadi
bumerang bagi kita sendiri. Negara ini sudah maju, sudah mampu
setara dengan bangsa-bangsa lain, kehidupan di kota-kota besar sudah sangat
bergantung dengan teknologi. Hampir setiap aktivitas kita dimudahkan oleh
teknologi. Teknologi memang mengubah segalanya dan selalu menghadirkan
kemudahan tetapi tak berarti kita harus larut dalam segala kemudahan tersebut.
Salah satu hal yang harus kita
sadari dan soroti adalah masalah kesenjangan. Mengapa negara kita yang katanya makmur
ini masih saja sering ditemui masalah kesenjangan, baik itu kesenjagan ekonomi,
sosial, dan dalam konteks pembicaraan ini adalah kesenjangan teknologi.
Dibalik semua privilege dari teknologi, disisi lain mirisnya masih
ada yang belum bisa menikmati advantages dari perkembangan
teknologi. Tidak heran memang jika hal ini terjadi, dipengaruhi oleh faktor
budaya, kultur, kondisi daerah, sosial, dll., perkembangan di suatu daerah
pastinya akan berbeda. Pada hakikatnya, semua orang juga memiliki hak untuk
mengembangkan kehidupannya. Sebagai bangsa Indonesia jangan sampai kita egois
dan melupakan kewajiban dan kebiasaan kita untuk membantu orang lain. Jangan
biarkan tingginya pengetahuan teknologi yang kita miliki membuat kita sombong
dan melupakan orang-orang yang sebenarnya sangat membutuhkan bantuan kita.
Selain itu, teknologi juga
terkadang memunculkan berbagai masalah bagi orang-orang yang kurang bijak
menggunakannya. Permasalahan mudahnya anak-anak di bawah umur untuk mengakses
dunia maya misalnya, menghadirkan perubahan perilaku mereka. Berbeda seperti
dulu, anak-anak seusia mereka melakukan hal-hal yang dinilai lebih bermanfaat
untuk mereka. Lalu dalam contoh kasus lain, banyak yang mengatakan bahwa saat
ini kita lebih mudah untuk berkomunikasi dengan saudara,teman, atau keluarga
dimanapun mereka berada. Namun, jika kita lebih intense berkomunikasi
lewat media sosial, bagaimana dengan kemampuan bersosialisasi kita?
Seperti yang kita ketahui bahwa
di Indonesia sangat kental sekali ciri khas cara-cara bersosialisasi. Bayangkan
lima atau sepuluh tahun lagi jika kita berpapasan namun tak lagi menyapa, tak
lagi tersenyum, kita hanya bicara lewat media, tersenyum di media, bahkan
menyampaikan bela sungkawa hanya dengan like atau share.
Istilah kita sebagai manusia “makhluk sosial” sepertinya lama kelamaan akan
berganti menjadi “makhluk sosial media”. Hal-hal seperti ini tentunya kita bisa
cegah sejak dini. Memang kita tidak bisa menahan gempuran arus globalisasi dan
perkembangan teknologi tetapi kita masih bisa memfilter dan memilih
mana yang baik untuk kita. Kita boleh menjadi bangsa Indonesia yang modern,
tetapi ingat bahwa kita memiliki nilai-nilai moral yang harus dijunjung dan
dipertahankan.
Smart technology for smart people, smart people for
better country, Indonesia…
Tidak ada komentar: